LOVE TO LEARN AND LEARN TO LOVE

Oleh: Chandria Wening Krisnanda, staf PK3

Sekolah Athalia berkomitmen untuk mendidik para siswanya tidak hanya fokus dalam hal akademis, tetapi juga dalam hal “Belajar Berkontribusi untuk Kehidupan”.

Slogan di atas tidak hanya ditulis di dinding sekolah, tetapi sekolah berusaha menerapkan salah satunya dengan membuat program field trip karakter yang dilakukan di setiap semester genap di level kelas X SMA.

Field trip karakter kali ini para siswa diajak untuk berkunjung ke Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah Dinas Sosial. Lokasi panti ini di daerah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

Pada Kamis, 11 April 2019, pukul 08.30 rombongan tiga bus dari Sekolah Athalia tiba di Panti Belaian Kasih. Ketika bus memasuki halaman panti, beberapa siswa berteriak girang. Sementara itu, murid-murid yang melihat pemandangan tersebut langsung terdiam di kursinya. Mereka tak tahu sama sekali apa yang akan mereka alami selama beberapa jam ke depan.

Para siswa diarahkan untuk masuk ke aula. Di sana, sekitar seratus anak panti sudah menunggu kedatangan mereka. Sebagian besar duduk di bangku, ada juga yang duduk di kursi roda dan di lantai. Beberapa dengan kondisi khusus berdiri di balik ruang berjeruji. Ibu Rita, Sub Bagian Tata Usaha, menjelaskan mengenai kondisi anak-anak di panti yang kebanyakan masih membutuhkan bantuan untuk aktivitas primer mereka, misalnya memegang sikat gigi atau mandi.

Sungguh itu pemandangan yang asing bagi sebagian dari siswa Athalia. Namun, mereka berhasil mengatasi perasaan takut mereka dan mau berbaur dengan siswa panti. Para siswa mulai mau berinteraksi dengan siswa panti dengan melakukan battle dance. Walau di awal mereka tampak malu-malu, suasana segera cair ketika Bapak Agus memotivasi para siswa Athalia untuk menari lebih seru lagi.

Setelah itu, mereka melakukan berbagai kegiatan bersama. Mereka dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Ada yang mewarnai gambar, menyanyi, bermain bola, menari, membuat origami, membuat kerajinan tangan, dan lomba makan kerupuk.

Para siswa panti sangat antusias pada saat para siswa Athalia membagikan gambar untuk diwarnai. Bahkan, sebagian dari mereka mengetahui nama gambar karakter yang harus digambar, seperti Hello Kitty, Winnie The Pooh, monyet, kura-kura, kucing, dan lain-lain. Sebagian besar siswa panti langsung mewarnai gambar-gambar tersebut dengan sangat tekun. Hasil kerja mereka juga ternyata sangat rapi. Selama proses mewarnai, para siswa Athalia mendampingi mereka dan sekaligus memberikan apresiasi dengan memberi stempel bergambar lucu bagi siswa panti yang sudah selesai mewarnai dengan baik.

Pada saat pendampingan itulah para siswa Athalia belajar tentang bersimpati, tentang pembimbingan, dan belajar mentransfer kasih kepada teman baru mereka. Sementara itu, para siswa panti, yang jarang mendapatkan kunjungan, menunjukkan ekspresi senang saat melakukan aktivitas bersama teman-teman baru mereka. Para siswa Athalia dengan telaten membantu merautkan pensil warna, mengarahkan goresan pensil warna, menuliskan nama, dan bahkan yang paling membuat saya bangga adalah ada seorang siswa Athalia membantu menghapus ingus salah satu siswa panti dengan tisu tanpa perasaan jijik.

Setelah semua kegiatan selesai, rombongan dari Sekolah Athalia pamit pulang. Saya melihat beberapa siswa panti menangis layaknya anak kecil yang ditinggal ibunya. Bagi mereka, kebersamaan itu terasa begitu singkat.

Sekembalinya di sekolah, para siswa diminta untuk menceritakan secara singkat dan menuliskan kesan mereka selama melakukan kegiatan di Panti Belaian Kasih. Salah satu siswa Athalia bercerita bahwa beberapa siswa panti sebenarnya ingin pulang kembali ke rumah untuk berkumpul bersama orang tuanya. Namun, kondisi orangtua yang tidak mampu membuat mereka terpaksa tinggal di panti. Mendengar cerita siswa panti itu, siswa Athalia tersebut merasa sangat bersyukur bahwa selama ini mereka masih dapat tinggal di kamar dan rumah mereka yang nyaman bersama keluarga, walaupun terkadang mereka merasa bosan dengan rumah, apalagi mendengarkan omelan orangtuanya. Pertemuan dengan siswa panti membuat siswa Athalia bersyukur atas kondisi mereka. Ada pula siswa Athalia yang awalnya merasa canggung dan takut untuk mendekat dan berbaur dengan siswa panti. Namun, perlahan dia bisa mengendalikan perasaan takutnya dan mereka bisa berinteraksi dengan hangat.

Sungguh para siswa Athalia juga mempraktikkan apa yang tertulis dalam Matius 22:39, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Posted in berita and tagged , , , , , , , , , , , .