Oleh: Bella Kumalasari, staf Pengembangan Karakter Sekolah Athalia
Pendidikan karakter di Sekolah Athalia dimulai sejak dini. Siswa dibentuk untuk menjadi pribadi yang bersukacita, bertanggung jawab atas kewajibannya, serta peduli dengan sekitar. Semua itu bertujuan mempersiapkan siswa agar dapat memberi dampak dan berkontribusi secara lebih luas bagi masyarakat, seiring mereka memasuki dunia perguruan tinggi. Oleh sebab itu, profil karakter siswa SMA Athalia adalah Influencing and Contributing.
ICON Camp (Influencing and Contributing Camp) menjadi salah satu sarana pembentukan karakter siswa SMA Athalia yang diadakan secara khusus di kelas 11. Melalui kamp ini, siswa diingatkan kembali mengenai karakter yang mereka pelajari selama di jenjang SMA. Mereka diberi ruang untuk mengevaluasi diri—sudah sejauh mana belajar dan menghidupi karakter-karakter yang dibinakan—dan mengembangkan karakter-karakter tersebut di masa mendatang dengan lebih baik.
ICON Camp SMA Athalia tahun ini mengangkat tema “Be You Till Full”. Para guru mencermati, pembelajaran di masa pandemi memang dilakukan secara terbatas, tetapi di sisi lain siswa memiliki ruang yang luas untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya. Bukankah hal ini dapat menjadi kesempatan untuk mendorong siswa memaksimalkan minat dan bakatnya untuk berdampak dan berkontribusi secara lebih luas?
Sebelum pelaksanaan ICON Camp, siswa menjalani tes psikologi untuk mengenal bakat dan minatnya, kemudian dibagi ke dalam kelompok dengan anggota yang memiliki kecerdasan berbeda-beda. Mereka diminta untuk merancang sebuah proyek ICON yang akan disayembarakan pada hari H. Di sini, setiap siswa belajar untuk bekerja sama dan mengambil bagian dalam melakukan proyek ICON.
Ketika hari ICON Camp tiba, siswa mengikuti acara selama dua hari. Di hari pertama mereka dipandu untuk mengenal diri dan memaksimalkan kelebihan untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui materi, permainan, dan diskusi. Di hari kedua, siswa diberi kesempatan untuk mendengarkan pemaparan dari beberapa narasumber yang sudah menunjukkan influencing and contributing dalam hidupnya, seperti mendirikan rumah baca di daerah terpencil serta membuka usaha pengolahan sampah.
Kisah ICON dari para narasumber ditutup dengan presentasi siswa mengenai proyek ICON yang sudah mereka rancang. Dari lima belas kelompok, terpilih tiga kelompok dengan rancangan proyek terbaik. Proyek terbaik pertama adalah Thrift It, yaitu penjualan baju bekas layak pakai ataupun baju-baju sisa ekspor sebagai salah satu cara mencari dana untuk nantinya didonasikan kepada orang yang membutuhkan. Proyek terbaik kedua adalah Ecomplex, yaitu pengolahan sampah dapur (sisa kulit buah dan sayuran busuk) atau sampah organik menjadi produk daur ulang berupa pupuk cair. Proyek terbaik ketiga, Maskerin (masker kain), merupakan proyek mengampanyekan gerakan memakai masker kain daripada masker sekali pakai.
Kiranya melalui proyek-proyek yang akan direalisasikan ini, siswa dapat berlatih untuk merencanakan, mengelola, serta memperjuangkan sesuatu yang dapat membawa pengaruh dan dampak bagi sesama dan lingkungan. Proyek ICON menjadi miniatur proyek-proyek nyata yang dapat dilakukan oleh siswa di masa yang akan datang dalam lingkup yang lebih luas. Karena sesungguhnya setiap siswa dipanggil untuk menjadi murid Tuhan yang menjadi terang dan garam bagi dunia (Matius 5:13-16).