Oleh: Tesalonika Maria Kaynna – X IPS 1
AKSEN bagi kita—warga Athalia—bukanlah sesuatu yang baru. Sekolah Athalia mengadakan acara tersebut setiap tahun dengan tema dan konsep yang berbeda-beda.
Tahun ini, AKSEN diadakan pada 19 Oktober dengan tema “Zenith” yang berarti “Highest Point” atau “Titik Puncak”. Tema ini mengangkat tiga nilai, yakni solidaritas, integritas, dan respek. Tema dan ketiga nilai tersebut direalisasikan lewat kabaret—pertunjukan hiburan berupa nyanyian, tarian, dan sebagainya—yang menjadi bagian dalam AKSEN 2019. Tak hanya kabaret, ada pula penampilan band dari SMP dan SMA Athalia. Mereka adalah Saisho Kara, Latreia, dan Phosphenes.
Persiapan AKSEN dilakukan selama kurang lebih 6 bulan. Diawali dengan pemilihan tema, nilai-nilai, dan konsep, kemudian berlanjut ke pembuatan naskah, lagu, koreografi, penampil, pemeran, dan sebagainya. Bagian yang paling dasar, yaitu merancang alur cerita dan konsep. Beberapa kali rumusan naskah direvisi supaya pesan cerita dapat tersampaikan, sambil menyesuaikan dengan nilai-nilai acara dan budaya Sekolah Athalia. Belum lagi, koreografi-koreografi yang harus dikejar. Melatih para pemeran yang berdialog juga menjadi suatu tantangan karena mereka adalah kunci cerita kabaret ini sehingga mereka dituntut untuk memahami dan merasakan alur cerita—kisah Matteo dalam berjuang meraih titik tertingginya—sehingga pesan-pesan yang disisipkan di beberapa dialog tertentu dapat sampai ke penonton. Semua tidak mudah, tentu saja. Kami harus berjuang di kepanitiaan ini seraya mengikuti pelajaran-pelajaran. Banyak yang harus kami susul dan yang harus dikerjakan di rumah—tugas sekolah maupun tugas kepanitiaan—sehingga menjaga kesehatan sendiri menjadi suatu perjuangan pula.
Namun, terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, buat saya sendiri, banyak sekali hal menguntungkan dan menyenangkan yang saya temukan sepanjang persiapan AKSEN. Selain belajar untuk percaya satu sama lain dan bekerja sama, kami juga bisa melatih diri dalam mengatur waktu karena hal tersebut diperlukan demi tercapainya kerja yang efisien. Adapun kami, panitia kelas 10, dituntut untuk berani menyuarakan pendapat, terbuka satu dengan yang lain, terutama dengan kakak kelas. Terkait dengan hal itu, salah satu dampak yang terasa adalah bertambahnya kenalan. Yang tidak saling mengenal kini sering bertukar sapa, bahkan saling melempar guyonan.
Hal-hal mengesankan dan unik yang dapat ditemukan selama persiapan acara sekaligus dalam kepanitiaan besar ini menjadi suatu kenangan tersendiri buat kami. Dari saling memberikan pesan-pesan kecil di bagian belakang name tag kami, berbagi hadiah tanda semangat, mengadakan konser di aula, menyaksikan inside jokes konyol yang tiap-tiap bidang punya, canda-tawa, dan masih banyak lagi. Bahkan, akhir-akhir ini, beberapa kali saya mendengar lontaran kalimat dari orang-orang yang berada di dalam kepanitiaan dan terlibat dalam acara mengenai betapa rindunya mereka ketika mengingat momen-momen tersebut.
Ketika tiba hari yang sudah kita persiapkan sekian lama, ada rasa tegang dan cemas yang menyelip di benak kami. Di dalam doa kami, tersisip harapan kepada Tuhan supaya acara boleh berjalan mulus, sepadan dengan perjuangan yang telah kami lalui bersama. Lantas, di akhir acara, tepatnya setelah lagu “We’re All In This Together”, rasa lega meluap. Euforia di atas panggung yang dipenuhi panitia dan penampil AKSEN tidak terbendung lagi. Rasa bangga, puas, dan sukacita dirasakan kami semua. Bahkan, ada beberapa yang tak kuasa menahan haru hingga menangis, terutama kakak-kakak kelas 12. Ya, ini adalah AKSEN terakhir mereka, begitu pun kakak kelas 11. Masih teringat jelas kala itu, sorak-sorai terdengar riuh, suasana menjadi gegap gempita, sorot lampu menyilaukan mata, orang-orang saling berpelukan, semua mengukir senyuman lebar. Momen-momen indah itu pun diabadikan dalam bentuk foto, juga sebagai bentuk kenangan.
AKSEN 2019, terima kasih untuk kesempatan ini. Sampai jumpa di AKSEN selanjutnya. Zenith, highest point!