Kenangan tak Terduga

Oleh: Ratu Putri Hiemawan – Kelas 12 IPS 1

Live In merupakan kegiatan yang wajib diikuti siswa-siswi SMA Athalia pada tahun ketiga masa studinya. Setelah absen beberapa tahun karena wabah Covid-19, tahun ini Live In kembali diadakan pada 14-19 Januari di Dusun Ngringin, Kecamatan Getasan, Semarang. Berikut merupakan sedikit pengalaman saya dalam kegiatan Live In 2024.

Pada kegiatan Live In ini, puji Tuhan saya diberi kepercayaan untuk menjadi PIC atau ketua dari salah satu bidang, yaitu PAUD/SD. Sebuah tanggung jawab yang baru, menegangkan, dan berat bagi saya karena harus merancang kegiatan untuk 3 hari di PAUD dan SD, sedangkan saya belum memiliki gambaran sedikit pun tentang kondisi di lapangan. Belum lagi kegiatan penggalangan dana menjual botol dan kardus bekas, serta mengadakan mini konser yang lumayan menyita waktu dan pikiran di tengah gempuran kesibukan sebagai siswi kelas 12. Huru-hara dan ketegangan bertambah karena persiapan barang pribadi dan barang bidang yang cukup memusingkan. Untung saja semua persiapan dapat selesai tepat waktu dan kami dapat berangkat pada Minggu malam.

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya kami sampai di Dusun Ngringin pada Senin pagi. Semua rasa lelah terasa terbayarkan begitu bertemu dengan orang tua asuh yang menyambut kami dengan hangat dan ceria. Saya ditempatkan di rumah Bu Supri yang hanya tinggal berdua dengan anaknya, Ayu yang duduk di kelas 2 SMA. Kedatangan kami membuat Bu Supri senang dan bersemangat karena rumahnya menjadi ramai. Di sebuah rumah beralaskan semen dan tanah liat serta atap dan dinding kumuh, kehangatan dapat kami rasakan dari Bu Supri yang dengan semangat bercerita kepada kami mengenai kehidupannya. Aneh rasanya, mengalami ikatan emosional dengan seseorang yang baru saja kami temui.

Hari-hari selanjutnya saya jalani dengan gembira. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan dari kegiatan di PAUD/SD, mulai dari melatih kesabaran untuk mengajar dan menghadapi anak kecil, latihan fisik karena harus mengejar anak-anak yang berlarian ke berbagai arah, menghadapi pukulan-pukulan yang mereka layangkan, bahkan mempelajari sedikit demi sedikit bahasa Jawa. Lagi-lagi terasa aneh, karena saya sendiri tidak menyangka saya akan menikmati setiap momen di Dusun Ngringin ini. Nyaman sekali rasanya ketika dapat disapa dan diberikan perhatian oleh setiap warga yang kami jumpai. “Mau ke mana, Kak?”, “Makan di sini saja, Kak”, “Tinggalnya di rumah siapa, Kak?”, “Mau ikut ke ladang tidak, Kak?”, merupakan sapaan-sapaan yang sering dilayangkan oleh warga setempat ketika berjumpa dengan kami.

Kebersamaan juga kami rasakan dengan Ayu yang kebetulan seumuran dengan kami. Canda tawa kami layangkan sembari mendengar kisah-kisah tentang warga setempat oleh Bu Supri dan Ayu, bahkan dengan tetangga yang kebetulan mampir ke rumah Bu Supri untuk ikut berbincang dengan kami. Teh manis hangat, susu coklat, dan kue-kue kering selalu menjadi teman berbincang kami hingga larut tiap malam.

Tak terasa, tibalah kami di hari terakhir, saat kami harus pulang. Malam sebelumnya seperti biasa, kami kembali berbincang hingga larut malam, saat itu hujan deras dan mati lampu. Bu Supri berkata (mungkin sekaligus mendoakan) “Besok pasti telat ini, Kak, hujan gede”, seakan tidak mau berpisah. Dan benar saja, hujan bertahan hingga besok paginya sehingga kami memiliki waktu lebih lama untuk perpisahan. Kami yang awalnya mengira tidak akan kerasan dan akan rindu rumah, sekarang malah tidak ingin pulang. Derai tangis serta janji bahwa kami akan kembali ke sana mengiringi perpisahan kami. Sungguh berat rasanya, mengingat Bu Supri juga berkata bahwa ia sering kesepian di rumah dan ia senang karena kami membuat rumahnya ramai. Namun, tentunya setiap perjumpaan akan menemui perpisahan. Hujan mengiringi kepulangan kami, seakan ikut menangis menyaksikan perpisahan yang terjadi.

Begitulah pengalaman Live In saya. Dari yang awalnya malas dan tidak memiliki minat sedikit pun, hingga menjadi salah satu orang yang paling merindukan Dusun Ngringin. Saya belajar bahwa tidak perlu memiliki segalanya untuk bisa memberikan yang terbaik, ketulusan merupakan yang utama. Kegiatan ini benar-benar mengajarkan saya keindahan dari kesederhanaan dan pentingnya orang-orang yang kita sayangi. Kesimpulannya adalah, Live In 2024 terbaik!

Posted in Kisah Inspiratif and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , .