Memiliki anak adalah sebuah anugrah dari Tuhan yang selayaknya kita syukuri. Anak, sebagai kepunyaan Allah yang dititipkan kepada kita, menjadi berkat sekaligus tanggung jawab kita sebagai orangtua.
Sebagai seorang Kristen, sudah sepatutnya kita mengajarkan anak mengenai nilai-nilai kerohanian. Mereka harus diajar untuk mengenal Tuhan dan memaknai kehadiran Tuhan dalam setiap langkahnya.
Oleh karena itu, setiap orangtua Kristen diharapkan menerapkan godly parenting. Godly parenting ini merupakan cara mengasuh anak hanya berdasarkan kehendak Tuhan. Menjadikan Tuhan sebagai hal yang utama, prioritas kita.
Prioritas ini yang perlu terus kita jaga. Bersama pasangan, kita saling menguatkan dan mengingatkan bahwa kemuliaan bagi Tuhan adalah keutamaan yang hakiki. Kita berkomitmen untuk menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehidupan kita.
Prinsip hidup inilah yang harus dihidupi di dalam keluarga kita. Dari orangtuanyalah seorang anak akan mengenal Tuhan dan memuliakan Tuhan. Inilah maksud dari godly parenting.
Cara ini juga bisa kita gunakan ketika mendampingi anak dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Semestinya kita mengesampingkan keinginan pribadi mengenai pilihan hidup anak kita. Ada banyak orangtua yang mungkin masih menyimpan mimpi-mimpinya yang belum sempat tercapai. Ada pula yang ingin mempertahankan “jejak karier” keluarga. Tuntutan-tuntutan inilah yang menjadi momok bagi gaya parenting kita, ketika kita lebih mementingkan kehendak kita semata dan tak menyertakan Tuhan di dalamnya.
Bijaknya, kita membiarkan anak kita memilih jalan hidupnya sendiri. Kita hanya perlu membimbingnya dalam jalan Tuhan dan memberikan wisdom agar anak mau ikut Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai sandaran dan tempat bertanya: apa yang Tuhan inginkan dari saya?” Biarkan Tuhan sendiri yang berbicara kepada anak kita: ingin dipakai sebagai apa dirinya di muka bumi ini?
Inilah esensi dari tugas kita sebagai orangtua, yaitu sebagai pemandu perjalanan hidup anak. Tugas kita untuk mendampingi anak dan menjadi rekan sekerja Allah. Dapat diilustrasikan bahwa saat ini kita berada di tengah-tengah, tangan yang satu berpegang kepada Allah dan tangan lainnya menggenggam tangan anak kita. Sepanjang anak kita membutuhkan pendampingan, kita tak boleh melepaskan genggaman tersebut. Yang perlu kita lakukan justru menularkan nilai-nilai yang sudah Tuhan ajarkan kepada kita. Kita percaya bahwa kehidupan anak kita berada dalam pimpinan Tuhan, dan Tuhan memakai kita sebagai orang tua untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Tetapi akan ada masa dimana anak harus memilih jalan hidupnya sendiri. Melepaskan genggaman tangan kita sebagai orang tua dan menyerahkan anak kita untuk langsung dibimbing oleh Tuhan. Sementara itu, kita memegang tangan Tuhan yang lainnya. Di sini, posisi Tuhan berada di tengah, sebagai center of life.
Godly parenting memastikan bahwa anak-anak suatu hari nanti akan menggenggam erat sendiri tangan Tuhan. Kita sebagai orangtua hanya bisa mengawasi mereka dari kejauhan. Sebisa mungkin kita perlu menuntunnya dengan penuh kebijaksanaan, membawanya sendiri kepada Tuhan. Jika kita lalai melakukan ini, ketakutan terbesar kita adalah anak akan “dicengkeram” kuasa lainnya, yang bisa saja kuasa duniawi yang akan membuatnya semakin jauh dari kebenaran firman Tuhan. (DLN)
(Disarikan dari materi seminar Ibu Charlotte Priatna)