Oleh: Wahyu Setianingrum, guru Agama SMP
“Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”
(1Yohanes 4:8)
Ketika kita berpikir tentang Tuhan, kita tidak bisa memungkiri fakta bahwa Tuhan itu penuh dengan kasih. Apa buktinya? Ketika Dia mengirimkan Anak-Nya untuk mati di atas kayu salib untuk menebus kita dari dosa, itu berarti Dia sangat mengasihi kita dan tidak mau kita terpisah dengan-Nya (Yohanes 3:16). Dia adalah Bapa yang menginginkan anak-anak-Nya untuk selalu dekat dengan-Nya. Bila kita melihat lebih jauh lagi mengenai kasih, kita akan menyadari bahwa kasih tidak dapat dilihat dan tidak dapat disentuh, tetapi dapat kita rasakan dalam hati kita. Allah pun sama. Walaupun kita tidak dapat melihat dan menyentuh-Nya, kehadiran-Nya dapat kira rasakan dalam hati kita.
Kita dapat mengasihi karena Dia sudah terlebih dahulu mengasihi kita (1Yohanes 4:19). Allah adalah kasih. Saat Allah menciptakan kita sesuai dengan gambar dan rupa-Nya, kita membawa kasih-Nya dalam diri kita. Rasul Paulus mengatakan bahwa tidak ada apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus. Alkitab mencatat ketika Yesus memberikan sebuah perumpamaan dalam Lukas 15 mengenai anak yang hilang. Dalam perumpamaan ini, digambarkan mengenai kasih seorang Bapa kepada anak-Nya. Walaupun sang anak mengambil setengah dari harta warisan bapaknya dan meninggalkannya, bapak tidak berhenti berharap anaknya kembali. Saat dia melihat anaknya dari jauh, dia berlari, memeluk dan mencium anaknya. Begitu pula Allah, Dia begitu mengasihi kita dan tidak akan membiarkan kita untuk mengambil jalan yang salah. Itulah alasan mengapa Dia mengirimkan anak-Nya untuk mati menebus kita dari dosa.
Kasih Allah kepada kita begitu besar. Kasih-Nya tidak seperti kasih manusia. Manusia bisa berhenti untuk mengasihi tapi Allah tidak pernah. Walaupun manusia melakukan banyak dosa sejak Adam dan Hawa melanggar perintah Allah, kasih Allah kepada kita tidak pernah berhenti. Tidak peduli apa pun yang pernah kita lakukan, tidak ada suatu hal apa pun yang akan membuat Tuhan menutup pintu terhadap kita apabila kita mau kembali kepada-Nya. Sebaliknya, kitalah yang sering pergi meninggalkan Allah. Alkitab sudah menunjukkan dengan jelas bahwa kasih Allah tidak akan pernah gagal. Sekali lagi, ketika Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk datang ke dunia mati bagi kita, hal itu menunjukkan bahwa Dia sangat mengasihi kita. Tidak ada hal apa pun yang dapat membayar segala hal yang Tuhan sudah lakukan demi kita. Dia melakukan semua itu atas dasar kasih-Nya kepada kita. Kasih Allah itu tak bersyarat dan tidak mementingkan diri sendiri, tetapi selalu mementingkan orang lain.
Tuhan mau kita mengasihi bukan dengan kekuatan kasih kita sendiri. Dia mau kita mengasihi dengan kasih-Nya yang tak bersyarat, yaitu kasih agape. Kasih agape Allah tidak pernah gagal. Saat kita mengasihi anak kita atau murid-murid kita seharusnya kita mengasihi juga dengan kasih agape. Kita dapat mengasihi mereka tanpa melihat kekurangan ataupun kesalahan mereka. Apakah kita akan tetap mengasihi mereka ketika mereka melakukan kesalahan? Apakah kita tetap mengasihi mereka ketika mereka dalam pergumulan? Apakah kita tetap mengasihi mereka dalam segala keterbatasan dan kekurangan yang mereka miliki? Bila kita mengizinkan Tuhan menjadi pusat dalam hidup kita dan membiarkan Kasih-Nya memenuhi hidup kita, Ia akan menolong kita untuk dapat memiliki kasih yang tak bersyarat itu.
Bila kita melihat lebih jelas 1 Korintus 13:4–8, kita dapat melihat arti kasih. Dan arti kasih itu akan membuat kita mengerti mengapa kasih Allah tidak pernah gagal. Bila kita mempraktikkan arti kasih tersebut dalam relasi kita sebagai orang tua dan anak, guru, dan murid, kita akan dapat menemukan cara untuk mengasihi dengan kasih agape. Sudahkah anak-anak kita, murid-murid kita, menemukan kasih Agape itu dalam diri kita (sebagai orang tua atau sebagai guru)?
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Desember, di mana kita akan merayakan kelahiran Tuhan Yesus. Di mana Allah menunjukkan kasih-Nya dengan mengutus Tuhan Yesus ke dalam dunia untuk mencari kita, orang berdosa. Marilah kita gunakan momen ini untuk sama-sama belajar mengasihi anak-anak dan murid-murid kita dengan kasih Agape, kasih yang besar dan tanpa syarat. Mengasihi mereka seperti Tuhan mengasihi mereka. Tuhan memampukan kita semua!