Oleh: Presno Saragih – Kepala Pendidikan Sekolah Athalia dan Pinus
Shalom Bapak/Ibu . . . .
Saya akan sharing-kan pengalaman perjumpaan saya dengan Tuhan dalam retret guru/staf tahun ajaran 2022/2023 ini yang dinamakan “REST”. Tentu saja setiap retret guru/staf Athalia/PINUS, Tuhan memberikan berkat-Nya yang melimpah bagi kita semua yang mengikutinya. Namun, dalam retret kali ini saya mengalami “encountering (with) God” yang lebih dalam dan lebih personal dibandingkan retret-retret sebelumnya. Sebelum saya menceritakan apa saja yang Tuhan “nyatakan” kepada saya dalam retret ini, saya ingin bercerita tentang perjuangan saya untuk dapat mengikuti “REST”. Minggu sore (22 Januari 2023) saya merasa tidak enak badan: meriang, batuk dan pusing sepulang pelayanan dari Purwakarta. Senin (23 Januari 2023) saya berobat ke dokter. Dokter bilang saya menderita radang tenggorokan. Malam itu saya tidak bisa tidur sama sekali. Selasa malam saya bisa tidur walau hanya 2-3 jam. Rabu malam (25 Januari 2023) kembali saya tidak bisa tidur sampai Kamis pagi (26 Januari 2023). Bagi penderita hipertensi atau diabet atau penderita penyakit jantung, tidak bisa tidur adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Dan saya penderita ketiga-tiganya. Namun dalam anugerah Tuhan saya tetap dapat mengikuti “REST” walaupun dalam keadaan meriang, batuk, pusing, lemas dan kurang tidur. Saya bersyukur dapat mengalami jamahan Tuhan selama mengikuti “REST”.
Dalam kesempatan kali ini saya akan sharing-kan apa yang saya dapat dari Tuhan melalui sesi “Apa kerjamu di sini?”, devosi pagi di kamar dan dalam sesi penutupan. Dalam sesi “Apa kerjamu di sini?” saya diajar oleh Tuhan bahwa saya tidak punya hak untuk “mengatur-atur” Tuhan dalam skenario hidup saya dan keluarga. Dia berotoritas penuh dalam hidup saya dan keluarga. Apa yang Tuhan buat di dalam hidup saya dan keluarga pasti baik adanya. Pesan tersebut saya dapatkan ketika Bapak Hermanto mengupas ayat-ayat firman Tuhan dalam 1 Raja-raja 19:11-13. Tidak ada Tuhan dalam angin besar dan kuat yang membelah gunung. Tuhan juga tidak ada dalam gempa yang terjadi waktu itu. Bayangan kita harusnya Tuhan hadir dalam fenomena-fenomena alam yang dahsyat seperti itu. Namun justru hadirat Tuhan nyata di dalam angin sepoi-sepoi. Jadi sesungguhnya Tuhan bisa hadir secara spektakuler atau non spektakuler. Suka-sukanya Tuhan! Yang pasti Dia selalu memberikan yang terbaik bagi kita pada waktunya Tuhan. Kalau Anak-Nya sendiri diberikan-Nya bagi kita apalah lagi sekadar sandang, pangan, papan, dll.
Saya ditegur oleh Tuhan (dalam devosi pagi di kamar) untuk tidak menjadi orang yang tinggi hati. Saya ditegur lewat ketakutan dan keputusasaan Elia ketika diancam oleh ratu Izebel. Ratu Izebel akan mengutus orang untuk membunuh Elia yang sudah menyembelih 450 nabi Baal. Elia gentar, putus asa dan ingin nyawanya dicabut oleh Tuhan karena ancaman seorang perempuan. Padahal baru saja Elia menyaksikan kuasa Tuhan yang luar biasa yang membinasakan nabi-nabi Baal tsb. Mungkin saja tanpa disadarinya dia beranggapan bahwa dia lah yang mengalahkan nabi-nabi Baal tsb; bukan Tuhan. Itulah sebabnya kali ini dia begitu gentar dan putus asa karena dia mengukur kekuatannya sendiri; dia harus berhadapan dengan seorang ratu. Saya ditegur oleh Tuhan untuk membuang dosa kesombongan saya.
Terakhir, saya merasa sangat terharu (“goosebump”) dan sangat dikuatkan ketika saya dan rekan-rekan kepala sekolah, kabag dan BOD didoakan oleh semua guru/staf di sesi penutupan. Dalam keadaan berlutut, kami didoakan dengan tangan para pendoa di atas (kepala) kami. Saya secara pribadi sangat bersyukur dan diteguhkan lewat penumpangantangan tersebut (doa). Selain itu saya sangat terharu dan berterima kasih menerima pelayanan para pemimpin Athalia dari mulai keberangkatan menuju 5G sampai dengan tibanya semua peserta “REST” di sekolah Athalia. To God be the Glory.